Kiprah 3G di Asia


Dimulai dari NTT DoCoMo, yang menggelar layanan 3G pertama di dunia (sebagian berpendapat justru Korea Selatan yang pertama meluncurkan 3G menggunakan CDMA 1xRTT), FOMA ( Freedom of Mobile multimedia Access ) secara komersial sejak 2001 lalu. Kini, layanan 3G sudah bergulir di Korea Selatan, HongKong dan Australia . Sementara Taiwan dan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, tahun ini juga mulai meluncurkan layanan 3G secara komersial.

Gaung 3G pun sudah sampai ke tanah air. Tahun lalu, Mobile-8 menguji layanan 3G melalui jaringan CDMA 2000 1xEV-DO. Sementara bulan lalu, operator seluler terbesar di tanah air, Telkomsel, juga sudah mulai menggelar uji coba layanan 3G, dengan teknologi berbasis W-CDMA.

Di luar itu, dunia masih menunggu kiprah potensi pasar 3G terbesar di dunia, Cina. Sampai sejauh ini, pemerintah Cina masih menunggu saat yang tepat untuk mengeluarkan lisensi 3G. Pemberian lisensi 3G, seperti dikatakan menteri informasi Cina, Wang Xudong, bergantung pada kemapanan teknologi 3G maupun pasar telekomunikasi Cina sendiri. Seperti diketahui, saat ini Cina masih mempertimbangkan tiga teknologi 3G yang akan digelarnya, yakni W-CDMA, CDMA 2000, dan teknologi 3G yang dikembangkan sendiri oleh Cina, TD-SCDMA.


Pasar 3G di Asia

Menurut laporan yang dikeluarkan IDC, tahun 2004 jumlah pelanggan 3G di Asia mencapai 10,5 juta. Jumlahnya diprediksi akan bertambah menjadi 142,6 juta tahun 2009 mendatang, atau tumbuh dengan CAGR sebesar 68,5 persen.

Pada awal-awal peluncurannya, operator 3G di Asia memang sempat kesulitan dalam menggaet pelanggan. Salah satu faktornya adalah minimnya model handset 3G yang beredar di pasar ketika itu. Hal itu pula yang sempat menyurutkan langkah para operator baru untuk memasuki pasar dan lebih memilih menunggu saat peluncuran yang tepat untuk mendapatkan return yang optimal.

Saat ini, ketersediaan handset 3G boleh dikata semakin luas, dengan model yang dari bentuk dan spesifikasi fitur yang jauh lebih baik. Namun, ketersediaan handset bukan satu-satunya hambatan yang harus diatasi. Ke depan, operator 3G masih harus memokuskan perhatiannya pada kinerja jaringan 3G-nya, harga dan positioning layanan untuk memindahkan pasar 3G dari niche market ke mainstream market .

Untuk itu, menurut analis IDC, di luar handset dan jaringan, ada unsur yang perlu dipertimbangkan para operator ketika membangun strategi untuk menyukseskan layanan 3G yang digelarnya.

“Strategi itu meliputi target pasar, tarif, branding , konten dan aplikasi, portal, pemasaran dan distribusi, serta kualitas layanan. Semua itu sama pentingnya dalam membangun kualitas end-user experience ,” ujar Alayne Wong, research manager of wireless communication research , IDC Asia/Pacific. “Jika semuanya diimplementasikan dengan baik, peluang pendapatan baru dari layanan 3G akan menyambangi para penyedia layanan.”

Dalam hal jumlah pelanggan 3G di Asia, di luar Jepang, saat ini Korea Selatan masih merupakan yang terdepan. Setelah layanan 3G bergulir selama tiga tahun di negeri ginseng, tak kurang dari 9,5 juta pelanggan yang memanfaatkan layanan ini. Jumlah itu lebih dari seperempat pelanggan layanan seluler secara keseluruhan. Selain itu, ARPU yang diperoleh dari layanan data via 3G juga menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Bahkan, kini nilainya sudah dua kali lipat dibandingkan ARPU data dari pelanggan 2G.

Menurut prediksi para analis IDC, pada akhir 2009 mendatang, penetrasi layanan 3G akan lebih 14 persen dari pelanggan seluler secara keseluruhan di wilayah ini. Pada tahun itu, jumlah keseluruhan pelanggan layanan bergerak di Asia Pasifik mencapai 900 juta lebih.

Sementara itu, saat ini, Jepang tetap merupakan negara Asia dengan jumlah pelanggan 3G terbesar. Sampai bulan Februari 2005 lalu, tiga operator 3G Jepang, KDDI/AU, NTT DoCoMo dan Vodafone berhasil menggaet total lebih dari 31,5 juta pelanggan. Dari jumlah itu, KDDI/AU mengambil porsi terbesar, sebanyak kurang lebih 18,49 juta pelanggan, atau lebih dari 90 persen dari seluruh pelanggan selulernya. Sementara NTT-DoCoMo bulan Februari lalu mengumumkan jumlah pelanggannya telah melampaui target 10 juta pelanggan, yakni 12,88 juta.


Killer application

Salah satu kendala yang kini dihadapi para operator 3G dunia adalah mencari layanan aplikasi pamungkas, yang dapat diandalkan sebagai revenue stream baru bagi para operator dan tentunya juga disambut baik oleh para pelanggannya. Apalagi, saat ini para operator seluler menghadapi kecenderungan turunnya ARPU dari killer application layanan seluler masa lalu, yakni layanan voice atau suara.

Di sisi lain, layanan 3G yang menawarkan bandwidth lebar, kapasitas data yang besar serta kecepatan akses tinggi tentunya membuka peluang lebar bagi para operator untuk menawarkan layanan boros bandwidth dan bersifat data intensive . Tak heran jika para operator 3G, baik yang sudah me roll-out layanannya secara komersial maupun masih tahap uji-coba, secara intensif mengedepankan layanan seperti video telephony, mobile TV, broadband mobile internet, download musik, games atau aplikasi, dan bahkan konten dewasa ( adult ) maupun judi online .

Layanan 3G FOMA yang disediakan NTT DoCoMo misalnya, tetap mempertahankan layanan i-mode, suatu sistem akses Internet bergerak berbasis packet switch data . I-mode menyediakan layanan email, informasi maupun e-commerce . Layanan ini begitu populer di kalangan pengguna seluler di Jepang (sebagian besar pelanggan 2G).

Menurut perusahaan riset pasar seluler Jepang, Eurotechnology Japan K.K., sampai musim panas 2004, jumlah pelanggan i-mode tak kurang dari 42 juta. Itu baru di Jepang saja. Sementara i-mode pun sudah di-“ekspor” ke negara-negara lain, seperti Eropa. Di luar Jepang, pelanggan i-mode mencapai kurang lebih 4 juta. Menurut Eurotechnology, pendapatan yang diperoleh dari paid content yang disediakan mencapai 1 miliar dolar per tahun.

Hadirnya 3G, yang menyediakan kecepatan download ekitar 384 kbps, tentunya akan membuka peluang layanan baru yang mendompleng i-mode, misalnya video telephony maupun video-mail .

Tapi, yang menarik justru layanan 3G yang ditawarkan KDDI. Layanan download lagunya, EZ Chaku-uta Full tanpa diduga mendapatkan sambutan luar biasa dari para pelanggan 3G KDDI. Berbeda dengan layanan download lagu serupa yang ditawarkan layanan 2G, EZ Chaku-uta, para pelanggan 3G kini dapat men- download satu lagu secara utuh (ukuran 1,5-2MB), menyimpannya di ponsel dan mendengarkannya melalui ponsel atau ditancapkan ke speaker eksternal.

File sebesar itu rasanya tanpa kesulitan dapat di download dengan cepat oleh pengguna, karena KDDI sudah menggelar teknologi 3G berbasis CDMA 2000 1xEV-DO (dinamakan CDMA 1X WIN oleh KDDI) yang menawarkan kecepatan download 2,4 Mbps.

Ketika layanan ini diperkenalkan pertama kali Nopember 2004 lalu, terdapat tujuh buah situs EZ web yang menyediakan layanan download lagu dengan database sebanyak 10.000 lagu. Delapan minggu setelah peluncuran perdananya, tak kurang dari 1 juta lagu di download . Untuk men- download satu lagu, setiap pengguna dikenakan biaya 300 yen, atau sekitar 2.700 rupiah. Itu diluar biaya transmisi datanya.

Sampai April 2005, download lagu dengan layanan EZ Chaku-uta Full mencapai 5 juta lagu. Dan, pada saat itu, jumlah situs yang melayani mencapai 24 situs, dengan koleksi lagu sebanyak 22.000 lagu.

Layanan nyaris serupa pun ditawarkan operator 3G Korea, SK Telecom, dengan layanan musik bernama MelOn. Bedanya, operator 3G negeri ginseng ini menawarkan music streaming berbasis subscriber . Dengan membayar biaya bulanan tetap sebesar 5000 won, pengguna bisa menikmati musik melalui perangkat ponselnya tanpa batas, dimana saja dan kapan saja, selama masih dalam masa berlangganan. Mirip dengan layanan musik yang disediakan situs Napster 2.0. Lewat masa berlangganan, sistem DRM ( digital rights management ) MelOn secara otomatis akan menutup akses terhadap lagu, kecuali jika pelanggan memutuskan untuk memperpanjang masa berlangganan. Jika pelanggan ingin menyimpan lagu yang diinginkannya, pelanggan memiliki opsi untuk membeli lagu tersebut.

Sejak diluncurkan Nopember 2004, pada Juni lalu SK Telecom mengklaim layanan MelOn sudah menjaring lebih dari 2 juta pelanggan, dimana 470.000 pelanggan di antaranya memilih sistem biaya berlangganan bulanan.

Terobosan-terobosan layanan 3G tak cuma digulirkan para early players saja. Operator 3G “debutan”, yang belum lama meluncurkan layanan 3G komersial pun ada yang cukup berani melakukan gebrakan di awal. Ambil contoh operator 3G Singapura, M1 yang belum lama memulai layanan komersial 3G ini dengan memanfaatkan salah satu kapabilitas yang disebut-sebut menjadi unggulan 3G, yaitu video streaming .

Pertengahan Juni lalu, M1 mulai “menyiarkan” serial drama 3G, atau ‘3G mobi-drama' pertama di Asia. Drama 3G berbahasa Cina berjudul “P.S. … I Luv U” ini dibintangi bintang-bintang muda Singapura dan Taiwan dan diproduksi seluruhnya di Singapura oleh MediaCorp Studios.

Berbeda dengan pembuatan drama televisi, mobi-drama 3G ini dibuat dengan mempertimbangkan karakteristik unik video streaming , dan sejumlah faktor seperti komposisi visual di layar ponsel 3G, durasi cerita per episode serta pengaturan plot ceritanya. Maklum saja, durasi mobi-drama ini memang terbilang pendek, cuma 3 menit per episode, dengan keseluruhan 30 episode.

Bagi MediaCorp sendiri, produksi perdana mobi-drama 3G ini merupakan kesempatan untuk membangun kompetensi lebih jauh dalam produksi konten 3G. Seperti diakui Chang Long Jong, CEO MediaCorp Studios, dengan meningkatnya popularitas 3G di Asia, konten 3G akan menjadi suatu alternatif hiburan. Menurut dia, ke depan, konten 3G ini tak cuma dipasarkan di Singapura, tapi juga ke negara-negara Asia lainnya. Untuk memenuhi target itu, pihaknya kini tengah merencanakan untuk memroduksi paling sedikit 10 mobi-drama 3G dengan total 200 episode mini tahun depan.

Layanan 3G ini memang tak cuma menyasar konsumen publik saja. Sejumlah operator 3G Asia jauh-jauh hari sudah membangun strategi untuk menyediakan paket layanan khusus untuk korporat. Lagi-lagi, operator 3G negeri jiran cukup aktif dalam memromosikan layanan 3G di kalangan korporat. SingTel dan M1 misalnya, mulai menawarkan layanan video voice call 3G dengan paket harga khusus.

Menurut jurubicara M1, pihaknya kini tengan mengevaluasi dan mengujicoba aplikasi Webcam dan multi-party video conferencing via 3G. Namun begitu, M1 memperkirakan Internet dan akses remote e-mail tetap akan menjadi aplikasi terpopuler di kalangan pelanggan korporat M1.

Sementara itu, SingTel saat ini tengah mempertimbangkan penyediaan layanan mobile point-of-sale (POS) di atas platform 3G. Dengan layanan ini, para peritel dimungkinkan untuk menggelar terminal POS dengan cepat, misalnya untuk warehouse sale atau kegiatan pameran. SingTel juga mempertimbangkan aplikasi yang “laku dijual” ke kalangan korporat, misalnya surveillance via video-streaming . Dengan aplikasi ini, perusahaan dapat memonitor pergerakan barang atau on-site service melalui kamera pengawas, yang kemudian dipancarkan secara live via video streaming .

Maxis, salah satu operator 3G di Malaysia pun jauh-jauh hari sudah menyiapkan layanan untuk korporat. Menggandeng Ericsson, yang juga membangun infrastruktur 3G-nya, Maxis menyediakan solusi push e-mail , Ericsson Mobile Manager (EMO). EMO diklaim sebagai solusi “push” sejati yang menawarkan informasi up-to-date tanpa membutuhkan perangkat proprietary dan piranti khusus. E-mail, kalendar maupun jadwal pertemuan secara otomatis dikirim ke pengguna melalui jaringan bergerak. Sinkronisasi antara inbox di ponsel dan desktop berlangsung seketika.

3G memang memungkinkan penyediaan layanan yang beragam untuk korporat. Namun, menurut Neale Anderson, direktur riset Ovum Asia Pacific, para pengguna korporat akan tertarik pada opsi konektivitas yang ditawarkan 3G. GPRS, selama ini, dianggap tidak lebih baik koneksi dial-up . Dengan 3G, para pengguna bisa mengakses informasi, file dan lain-lain dengan kecepatan mumpuni, yang membuat waktu dan uang dikeluarkan cukup sepadan.

 

0 komentar: